Penulis: HILMAN
Malam itu telah larut (emangnya gula ??) ,ketika Lupus dan Anto melintasi jalan yang sepi sekitar kuburan Belanda. Udara dingin menggigit dan bunyi-bunyi jangkrik nyaring di kejauhan. Seperti hendak mendramatisir keadaan, dan memang suasana di situ hening sekali. Bibir Lupus saja terkatup rapat, sama sekali tidak berminat memecahkan kesunyian yang mencekam. Bukan apa-apa nanti jangan--jangan dia malah kaget sendiri. Sementara Anto, temannya yang pendiam itu, tak mencoba mengakrabkan suasana. Padahal di daerah ini, dia tuan rumahnya. Lupus kan cuma pendatang. Diajak menginap mumpung besok ada libur sehari . Kalau mau tahu hari libur besar atau tanggal merah, tanya saja pada Lupus. Dia memang paling hafal. Jauh-jauh hari kerjaannya memang cukup ngafalin begituan. Hobi, katanya.
Dan sekarang mereka berdua baru saja pulang dari nonton midnight di bioskop murahan dekat pasar inpres. Noton film lamanya Linda Blair, Hell Night.
tak heran kalu kini mereka masih merasa tegang, maan pulangnya lewat kuburan lagi.
"Nto,ga ada jalan lain yang lebih sepi ya ?" akhirnya lupus ga betah diem melulu
"loh kan kamu yang bilang tadikita cari jalan yang terdekat,ya disini ini,kalo lewat jalan raya udah ga ada kendaraan , bisa sih jalan kaki tapi nyampenya besok, kan rada capek juga loh,emang sedikit serem sih lewat sini, apalagi kalo kamu pernah denger cerita-cerita aneh yang sering terjadi di sini ,seperti minggu lalu , Pak Karta yang biasa jaga malem itu cerita bahwa dia melihat seseorang berjalan tanpa kepala di kuburan sebelah sana, dia nenteng sesuatu yang ga taunya kepalanya sendiri..."
Lupus cepet-cepet nutupim kupingnya,dia keki berat lagi serem-serem begini malah cerita kaya begitu
"Loh kamu ga percaya Pus?? beneran kok. Pak Karta orang jujur, shaleh dan hampir ga pernah bohong" sela Anto tanpa merasa bersalah.
"Anto apa kamu ga pernah di ajarin bagaimana cara melawak yang baik?" ujar Lupus geram
"Terserah kalau kamu ga percaya, saya ga maksa ,saya juga lagi ga ngelawak. kamu jangan nuduh semabrangan dong, itu fitnah namanya. dan fitnah itu perbuatan setan...jadi kamu sama aja kaya SETAN...."
"ya,,dan saya akan mencekikmu bila kamu ga mau berhenti berkicau!!"
tapi tiba-tiba keduanya terpekik perlahan ketika mendengar suara botol di banting tepat di dekat mereka.
secara reflek keduanya berpegangan ,memandang sekeliling dengan hati deg-degan. dan munculah sebuah sosok yang seram dari balik pohon kamboja, memandang sinis ke arah mereka.
"sstt...itu kan setan yang di lihat pak karta?? ko ada kepalanya ya ??" bisik Anto ketakutan
"diem loo.."
Sosok itu mendekat dan di ikuti sosok lainnya, rata-rata berwajah kasar dan seram.
Anto berbisik pelan kepada Lupus
"gawat Pus,,itu bukan setan,,mereka preman sini,,pasti mereka mau bikin setori sama kita"
"gila apa alasan mereka mengganggu kita?? teriak Lupus
"sstt..jangan kenceng-kenceng idiot..kita bisa bonyok nanti"
dan kini sosok yang pertama sudah sangat dekat di depan mata Lupus,menatap tak berkedip dengan sorotan mata yang tajam.
Lupus pun tak seperti terjadi apa-apa, berbisik kepada Anto "kamu benar To,dia bukan setan,tapi lihatlah dia mencoba menakut-nakuti kita dengan sorotan mata seperti itu,, di kira kita takut ya..."
bisikan Lupus cukup terdengar ke orang itu, maka dengan sekali gerakan ,kerah leher Lupus di cengkram nya. Anto ketakutan setengah mati
"Lo pikir gw setan ha??? mao belaga jadi jagoan lo di mari?? anak mana lo sampe berani-beranian ngebacot di depan gw??" sahut orang itu kasar, sementara teman-temannya mulai mendekat.
Lupus memberontak dan melepas cengkraman tadi,terus mundur beberapa langkah dengan mata yang masih menatap berandalan itu.
Anto segera menahannya dan berkata terpatah-patah "anu..ma-maaf bang kita kemaleman pulang dan mau numpang lewat sini. kita ga bermaksud mau koboi-koboian ko.."
berandalan itu meludah ketanah, Lupus mau ikut-ikutan meludah tapi tenggorokannya kering.
"hee lo punya duit kaga" salah seorang temannya yang dari tadi diam, ga sabaran.
maju beberapa dan mencengkram bahu Anto, Lupus yang ga tegaan langsung menolong Anto. tapi tangan lainnya menariknya keras-keras
"jangan bang,jangan pukul teman saya..ini saya ada beberapa ribu,,ambil aja bang cuma ada itu" sahut Anto cepat.
Lupus pun di dorong sampe jatoh di kaki Anto,dia mencoba bangkit dan mau membalas tapi Anto menahannya, "kalem pus,mereka banyakan ga ada gunanya ngelawan.."
akhirnya dengan beberapa ribu dan makian kotor,mereka membiarkan Lupus dan Anto pergi.
setelah jauh Anto menghela nafas lega
"enak amat mereka minta-minta uang,,emangnya jalan nenek moyangnya apa"gerutu lupus
"ya memang begitu kerjaan mereka,ngompasin orang-orang yang lewat,sebenranya mereka itu tinggal ga jauh dari rumah saya, saya kenal sama yang dorong kamu tadi, si Jalil. tapi meang saya ga pernah main sama mereka..ngapain saban malem kerjaannya nongkrong di jalanan godain orang yang liwat, atau sengaja cari gara-gara. untung aja kamu ga jadi ngelawan Pus,,kalo kamu ngelawan habislah kita.."
"emangnya saya berani ngelawan mereka..."
bersambung ke LUPUS : Some Things Are Better Left Unsaid Chapter 2
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin