"Haaaah ...." Oga, Bayi be-el, dan Furuichi duduk di sebuah bangku di Taman dengan ekspresi wajah yang suram.
"Aku ...
Melakukannya ...
lagi?"
"Iya, Kau melakukannya lagi ..." Ucap Furuichi ke Oga.
"Aku rasa memang mustahil untuk bisa berhenti berkelahi ..."
"..."
"Maaf"
"..."
"Jangan minta maaf, sejak awal aku memang ingin menendang mereka" Ucap Oga.
"Maaf ..."
"..."
"Jangan minta maaf! Ku bunuh kau!!!" Oga emosi.
"Hah!? Kamu marah karena itu kan!??"
"Aku nggak marah kok!"
"Kalau saja kau tidak tertangkap, ini pasti nggak bakalan terjadi!!" Oga memperlihatkan lengan kanannya yang dipenuhi tato segel zebub.
"Lihat! Ini tato yang aneh kan!??" Ucapnya.
"Emangnya siapa yang membuatku sampai harus tertangkap hah!???"
"Apa kau mau menyelahkanku!!???"
"Iya! Ine memang salahmu!!!"
"..." Tiba-tiba mereka terdiam.
"Tapi sebenarnya, kita ditipu Hilda ..." Ucap Furuichi.
"Iya, wanita rubah itu ..."
Flashback ke saat ketika Oga telah mengalahkan Himekawa ...
"Jadi, kau cuma pura-pura tertangkap kan?
Jangan-jangan ...
Kau ...
Apa tujuanmu?"
Grebb ...
Tiba-tiba Hilda memegang dan melihat tangan kanan Oga.
"Ap ... Kenapa?"
"..." Hilda hanya diam sambil berpikir :
"Ini ...
Nggak bisa dipercaya, manusia ini bisa mendorong keluar kekuatan iblis sampai level ini?"
"Ng?"
"Ayo kita pergi, Alaindelon ..." Tanpa menjelaskannya, Hilda berniat meninggalkan tempat itu.
"Oke ..." Dengan mudah, Alaindelon membuka ikatannya.
"Oi, tunggu brengsek!!
Kau cuman mengetes kami kan?
Padahal bukan cuman aku, bayi be-el juga mengkhawatirkanmu ..."
"Tuan muda tidak mengkhawatirkanku ...
Dia hanya terpengaruh kemarahanmu" Ucap Hilda dan benar-benar pergi.
...................
Di luar ...
"Sebenarnya kau senang dengan hal ini kan?" Ucap Alaindelon ke Hilda.
"Perkembangan Tuan Muda dan Oga, itu penting kan?" Lanjutnya.
"Hmm ...
Perkembangan ya ...
ungkin penting" Hilda dan Alaindelon kemudian menghadap ke belakang, ke gedung tempat Oga menghabisi Himekawa. Tragis, sebagian atap gedung itu telah hancur dan hanya menyisakan kepulan asap.
"I-ini gara-gara serangan tadi ya??" Alaindelon yang baru sadar tampak sangat kaget karenanya.
"Beruntung kalau orang yang bernama Himekawa itu selamat ..."
Flashback berakhir, kembali ke taman ...
"Nyebelin kalau ingat itu lagi, cewek itu, padahal aku sudah datang menolong, ucapin terimakasih atau apa kek ..
Iya kan Bayi be-el? Bayi be-el??
Ng?"
Pandangan bayi be-el tertuju ke orang tua yang mengangkat anaknya ke Udara.
"Da!!!" Bayi be-el ingin seperti dia.
"Ng? Baik, terbanglah!!!!!!" Oga melemparnya jauh-jauh.
"Eh? Siallll, tunggu!!!" Oga baru ingat kalau batas mereka hanya boleh terpisah sejauh 15 m dan langsung berlari mengejar si bayi.
"Haah ... kayaknya sesuatu akan terjadi" Ucap Furuichi yang masih duduk di bangku Taman.
..................
Di bagian lain dari taman, tiga orang ibu-ibu yang sedang membawa bayi mereka masing-masing menggosipkan sesuatu ...
"Eh, sudah dengar belum? Katanya ada preman yang bawa bayi ..."
"Ya, aku sudah dengar, trus bayinya telanjang kan??"
"Eh? Telanjang?"
"Nggak tahu juga sih kenapa ..."
"Ah, pasti dia penculik bayi!"
"Ih serem, ga bisa dimaafkan ..."
"Oi, Aoi chan ..." Sapa salah satu dari mereka ke seorang gadis tak jauh dari mereka yang juga membawa bayi.
"Jalan-jalan ya hari ini? Bagus ya ..." Ucapnya ke dia ke gadis yang dipanggilnya Aoi itu.
"Helo?" Sapa Aoi seadannya dan kemudian melanjutklan jalannya.
"Siapa itu?" Tanya teman si ibu ke ibu yang tadi menyapa Aoi.
"Itu anak perempuan blok 5"
"Masih muda ya?"
"Ya, masih 17 tahun ..."
"Eee? Masih muda sudah punya anak!?? Nggak bisa dipercaya"
"Ya Tuuhan, anak muda zaman sekarang ..."
"Aku dengar lho, tante-tante tua ..." Pikir Aoi dari kejauhan.
"Kalian menyebalkan! Hidup kalian cuma untuk bergosip saja, Kouta ini bukan anakku, tapi adikku, apa aku perlu bilang ya?"
"Anu, maaf, anak ini ..." Aoi menghadap ke tiga ibu-ibu tadi.
"..." Ia melihat, seorang bayi telanjang meluncur ke ibu-ibu itu.
"A-apa? Bintang jatuh? Tidak ...
Itu kan .... Bayi?"
"Minggir!!!!!!!" Oga berlari menerobos Aoi dan langsung menangkap si bayi sebelum ia jatuh.
"Huh, hampir saja aku mati, tadi itu hampir lebih 15 meter...
Padahal hanya main-main saja, ternyata bahaya"
"Oi kamu!!! Tadi itu bahaya kan!?"
"Ayo minta maaf!!"
"Iya! Bagaimana kalau anak kami terluka!??"
"Eh?" Mereka baru sadar kalau pria yang berdiri di depan mereka adalah orang yang tadi mereka bicarakan.
"Ka-kamu anak nakal itu kan!?? Bayi yang telanjang ...
Nggak jelek-jelek amat sih"
"Bayi itu pasti kamu culik ya!??"
"Dia melempar bayi itu?? Seharusmya dia mati saja ..."
"Oi, jangan menilai orang dari rumor donk, apa kalian nggak lihat? Tadi itu dia mencoba menangkapnya" Pikir Aoi.
Degg ...
Tiba-tiba Oga merasakan sesuatu ...
"Apa ini yang disebut dengan Debut Taman?" Pikirnya.
Note : Debut Taman adalah istilah untuk pengalaman pertama seorang orangtua bersosialisasi ke suatu kelompok atau orang di Taman. Jika debut ini gagal, hidup mereka biasanya akan susah.
"Benar ...
Pertama-tama aku harus memberi kesan yang bagus" Pikir Oga.
"Bayi be-el, senyum, ayo senyum ..."
"Eh??"
"Ah, haloo, senang berkenalan denganmu, aini bayi be-el" Bukan senyuman yang ramah, melinkan Oga dan si bayi memasang senyum seorang pembunuh.
"Senang berkenalan dengan kalian ..."
"Kyaaaaaa!!!!!!!!!"
"Itu mata pembunuh!"
"Seram!!!"
"Bayi itu juga!" Tiga orang ibu tadi kabur.
"Aaah, debut tamanku ....
Eh?" Masih ada Aoi disana, Oga punya sedikit harapan.
"Hahaha, pembunuh? Kejamnya ..." Ucap Aoi santai.
"Kegagalan bukanlah pilihan, ini kesempatan terakhir!" Pikir Oga dan kemudian menekan pundak Aoi dengan kedua tangannya, mata menatap ke mata Aoi.
"Ha? Umm.." Aoi gugip.
"Tolong ... Jalanlah denganku ..."
"Hah??" Aoi mengira Tatsumi Oga menembaknya.
Bersambung ke Beelzebub Chapter 11
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin