MAKHLUK MANIS DALAM BIS

| Minggu, 02 Februari 2014
Share on :
Penulis : HILMAN


Anak-anak kelas dua punya kebiasaan baru.
Tepat jam satu tengah hari bolong, mereka selalu tampak asyik menunggu bis jurusan blok M. Lupus, Aji, Boim, dan Gito. Rada aneh juga, rumah mereka jadi mendadak pada pindah ke blok M semua. Selidik punya selidik, ternyata mereka itu lagi ngejar cewek. Nggak tau anak sekolah mana. Yang pasti setiap jam satu, wajah manisnya selalu nampak di jendela bis jurusan Blok M, dekat pintu depan. Matanya yang bulat bersinar, rambutnya yang panjang terurai dengan tubuh yang mungil, sempat membuat cowok-cowok kece SMA Merah Putih itu terkagum-kagum.

Mereka melihatnya tiga hari yang lalu. Ketika mereka punya rencana mau makan-makan di Blok M, dalam rangka memperingati hari yang paling bersejarah dalam kehidupan Boim, karena dia berhasil memenangkan hadiah porkas setelah sebelas kali ikut. Dan saat itu mereka berempat secara serempak melongo di pintu bis, mengagumi makhluk cantik yang duduk dengan manisnya di dekat jendela. Kondektur bis yang bawaannya nggak mau sabar, sempat gahar juga, "He, lu pada niat nggak sih naek bis gue? Kok terbengong-bengong begitu?"

Lupus cs yang kaget dibentak begitu, menjawab serempak, "Kita lagi berdoa dulu kok biar selamet di jalan."

Dan sejak itu, setiap malam, mereka punya mimpi yang sama. Tentang gadis di dalam bis.

Makanya hari-hari berikutnya, mereka jadi sering kedapetan menunggu bis jurusan Blok M. Setiap ada teman yang tanya, mereka serempak menjawab mau shopping ke Blok M.
"Kok tiap hari shopping-nya?"
"Maklumlah, namanya juga orang kaya."
Dan sang penanya pun langsung berlalu dengan wajah dongkol.

Bis yang ditunggu datang, dan mereka berempat serempak bangkit dengan semangat. Tak peduli bis tersebut sudah penuh sesak, mereka tetap bela-belain mengejarnya.

"Stop, Bang! Stop!" teriak mereka sambil berlompatan ke dalam bis yang enggan berhenti. Sang kondektur melirik jengkel pada mereka. Bukan apa-apa, makhluk-makhluk ini kalau naik bis pada ribut sekali. Padahal bayarnya cuma gocap. Dia apal betul. Terutama dengan Lupus yang selalu mengulum permen karet. Atau Boim, playboy SMA Merah Putih yang wajahnya gabungan antara Jaja Miharja dan Benyamin (wah, mentok banget deh!)

Dan seperti ramalan sang kondektur, kala penumpang sudah banyak yang turun, makhluk-makhluk SMA Merah Putih itu mulai menggoda-goda cewek tadi dengan ributnya.

"Hei, Cewek, kenalan dong. Nama saya Boim. Cowok paling kesohor di SMA Merah Putih. Pernah jadi cowok sampul majalah... Bobo. Saya punya motor bebek merah, yang sekarang --karena satu dan lain hal-- lagi ngadat nggak bisa dipakai. Mungkin tali kipasnya putus (bego juga si Boim ini, motor mana ada tali kipasnya?). Tapi jangan kuatir, motor saya yang lainnya banyak kok. Tinggal pilih aja mau pake yang mana. Setiap hari ganti-ganti. Di samping itu, saya ini bintang film lho. Saya sering nongol di tipi dalam acara..."
"Flora dan Fauna!" celetuk Gito dari belakang.
"Bukan! Aneh tapi Nyata!" Lupus ikutan ngomong, membela Boim.

Boim melotot sewot ke arah Lupus dan Gito yang cekikikan.
"Jangan dengarkan mereka, Cewek manis. Maklum aja, orang top memang banyak yang nyirikin. Tapi saya udah biasa. Nah mau kan kenalan sama saya?"

Cewek itu tak bereaksi. Cuma senyum dikit.
"Jangan mau sama Boim, Cewek manis. Doi jarang jajan. Mending sama saya aja. Nama saya Gito. Orangnya rada malu-malu kayak kucing, tapi lebih ngetop daripada Boim. Saya juga sering nongol di film ACI, sebagai peran utama..."
"Bo'ong! Jangan percaya!" Lupus berteriak dari belakang. "Dia itu sebetulnya yang jadi Pak Ogah di cerita Si Unyil!"
Gito ngamuk-ngamuk.
"Enggak, saya bener. Masak kamu nggak ngenalin wajah saya yang begini familiar, sih? Look at me!"

"Iya, dia memang main di ACI. Tapi cuma jadi stuntman. Jadi kalau kebetulan pas ada adegan orang digebukin, nah, dialah yang dipakai. Mendingan sama saya aja. Nama saya Lupus. Punya radio dua band. Saya ini orangnya sederhana, apa adanya, nggak kayak Boim yang..."
"Dodol! Kok saya terus yang dijadikan kambing hitam?!" protes Boim.

"Emang lu kambing!" balas Lupus cuwek.
"Sori, tadi ada gangguan teknis. Sampai di mana tadi? Oya, saya ini orangnya sederhana. Padahal sebetulnya saya ini orang kaya lho. Gimana nggak kaya, saya kalo abis mengulum permen karet, langsung dibuang, nggak pernah ditelen. Jadi sekali pakai, langsung buang. Nggak kayak Boim, suka dipungut dan dikunyah lagi."

Sekarang giliran Boim yang ngamuk-ngamuk.
Langsung mengacak-acak rambut Lupus. Lupus berteriak-teriak ribut sekali. Duh itu kelakuan, kayak anak play group aja! (Ya, soalnya Lupus takut kalau rambutnya nggak kayak John Taylor lagi!)

"Alaaaah, kalian semua pada kayak anak kecil. Mending pacaran sama saya aja, Cewek manis. Saya ini orangnya dewasa, jantan, dan... kamu pasti akan merasakan kehangatan begitu jatuh dalam pelukanku...", kali ini Aji yang maju.
"Emangnya martabak, pake anget segala?" Lupus nyeletuk lagi dari belakang.
Aji cuwek. Terus merayu. Tapi sayang, bis telah memasuki terminal Blok M. Jadi acara lomba merayu itu terpaksa ditunda dulu sampai besok. Sang kondektur menarik napas lega, sambil baca alhamdulillah seratus kali.
"Jangan kuatir, Mas, besok kita pasti naik bis ini lagi. Daag!" ujar Lupus sambil menepuk-nepuk bahu kondektur. Kondektur itu melotot galak, dan Lupus cepat-cepat melompat turun menyusul teman-temannya.

*

Tapi dua hari kemudian, Lupus, Boim, dan Aji dikejutkan oleh berita yang dibawa Gito. Gito bilang bahwa cewek manis itu sekarang udah jadi ceweknya, jadi dilarang ada yang menggodanya lagi. Dan sialnya ternyata berita itu benar. Ketika pulang sekolah, Gito sialan itu dengan santainya ngobrol berduaan dengan cewek manis itu di bis.
Lupus, Boim, dan Aji keki berat.
"Kamu curang, Git! Kapan kamu berhasil ngerayunya? Selama ini kan kita senasib dicuwekin terus sama dia? Iya nggak, iya nggak?" protes Aji.
"Kamu pake ilmu santet, ya?" Boim ikutan sirik.
Gito cuma senyum-senyum aja. Duile, mending manis? Dan usut punya usut, ternyata tanpa setahu teman-temannya, si Dodol itu nekat datang ke rumah cewek tersebut. Nggak jelas, dia dapet alamat dari mana. Yang pasti, rayuannya berhasil dan makhluk manis berambut panjang itu jatuh ke tangannya. Dan kunci kesuksesannya adalah karena ternyata cewek itu termasuk hobi nonton film serial ACI, dan pernah ngeliat si Gito yang ikut cengengesan nampang sebagai Fuad. Maka, muluslah jalan baginya. Sial banget!
"Huh, baru main di ACI aja digila-gilain. Cewek itu nggak tau 'kali, kalau saya juga bisa main pilem begituan," gerutu Boim.
"Iya-- saya juga sering ngeliat kamu jadi model iklan di bioskop, radio, dan koran-koran. Iya, kan? Betul itu kamu?" Lupus bertanya.
"Eh, kamu tau juga? Iya. Itu saya. Kapan kamu ngeliatnya? Di iklan apa? Iklan sepatu? Iklan pakaian pria masa kini? Atau... jangan-jangan yang kamu liat itu Roy Marten. Karena, ya--maklumlah, wajah saya kan mirip-mirip dia, meski tetap kecean saya. Iya, kan? Kamu ngeliat saya di iklan apa?"
"Itu lho... iklan Kalpanax. Obat panu."

*

Dua hari berlalu hampa. Tak ada wajah-wajah ceria ketika bis jurusan Blok M datang tepat jam satu siang. Cuma Gito yang langsung bangkit dan ikut pergi bersama bis kenangan itu. Yang lain tinggal, atau terus pulang.
Tapi seminggu kemudian, mereka kembali dihebohkan dengan makhluk cantik lainnya di bis jurusan Grogol. Pertamanya Lupus tak begitu menyadari akan kehadiran gadis itu, tapi begitu besoknya ketemu lagi, Lupus mulai ribut-ribut menceritakan 'penemuannya' itu kepada teman-temannya.
"Wah, pokoknya nggak kalah cakep deh. Saya selalu ketemu dengannya kalau pulang sekolah jam setengah dua!" celoteh Lupus. Kontan aja anak-anak pada tertarik, dan kini, rumah mereka mendadak pada pindah ke Grogol semua.
Maka hari-hari selanjutnya, tepat jam setengah dua, Lupus, Boim, dan Aji selalu nampak asyik menunggu bis jurusan Grogol Kejadian yang lalu terulang lagi. Ribut-ribut di bis, merayu sang cewek, tertawa, dan tentu saja, bikin jengkel sang kondektur bis.
Dan suatu ketika, saat mereka bertiga lagi asyik menunggu bis, Gito nampak berlari-lari ke arah mereka.
"Lho, mau ngapain Git? Kamu nggak boleh ikutan lagi dong. Kan udah dapet yang dulu?" tegur Aji.
"Yaaaa, saya ikutan lagi dong!" rengek Gito.
"Wah, enggak bisa. Nanti kamu menang lagi. Terus kita-kita jadi nggak bisa hura-hura lagi kalau pulang sekolah."
"Enggak deh, saya janji. Saya emang seneng banget waktu ngedapetin cewek yang kemarin itu. Berarti kan saya lebih kece dari kamu-kamu..."
"Wuuuuuuuu!" anak-anak pada protes.

"Eit, nanti dulu. Tapi senengnya cuma sebentar. Karena selanjutnya jadi begitu-begitu aja. Monoton. Tiap hari nganterin dia pulang, mampir ke rumahnya, ngobrol. Gitu-gitu terus. Nggak ada seninya. Saya jadi ngiri ketika kalian pada nemuin cewek baru lagi. Jadi kepingin ikut-ikutan ngegodain, ngerayu, ngejar-ngejar, seperti dulu. Nggak tau tuh, kenapa. Menurut kamu kenapa, Im?"

"Simpel. Mungkin cinta kamu ditolak!" jawab Boim kalem.
"Enak aja. Kamu liat sendiri saya bisa dengan mudah ngedapetin dia!" Gito ngotot.

"Ealah, malah pada ribut. Mungkin Gito bener. Ngejar-ngejar cewek mungkin lebih enak daripada kalau udah ngedapetin. Soalnya kita masih remaja. Masih ingin bebas. Jiwa hura-hura kita kan lebih besar daripada jiwa romantisme kita. Dan kata orang, cewek itu ibarat bis. Lewat yang satu, bisa menunggu yang berikutnya. Jadi nggak usah terlalu dikejar. Apalagi pake patah hati segala. Iya nggak? Dan anehnya, kita kadang suka sekali mengejar-ngejar sesuatu yang sebetulnya tidak kita inginkan benar. Tapi nggak apa-apa kok. Namanya juga anak muda," kata Lupus sok berfilsafat, sampe teman-temannya pada ngantuk semua.

"Eh, itu bisnya datang. Ayo siap-siap!"
Mereka berempat secara serempak bangkit. Lalu mengejar-ngejar bis dengan semangat '45, sambil berteriak-teriak ribut sekali. Kejadian yang dulu pun terulang lagi.
Dan, mereka akan terus begitu. Sampai suatu saat nanti mereka begitu lelah untuk mengepakkan sayap-sayap kecil milik mereka, dan hinggap pada sekuntum bunga. Di mana mereka akan menemukan segalanya.
Dan, mereka pun enggan untuk terbang lagi....

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin

Next Prev
▲Top▲